Posts

Be worry, (then) be happy

I am pretty much screwed. It is literally me in these few days. Deadline is consuming me but my brain doesn't work well anymore. I work from 8-tired. But from 3 what I do is just staring my screen, trying to spill everything down in my word document. I am burnt out and I know this is a warning to myself that I need a help. Setahun yang lalu, apa yang aku lakukan pada kondisi seperti ini? Nangis. Iya, nangis tiap hari. Bangun tidur nangis, liat kaca nangis, siap-siap ke kampus perasaan kacau balau dan ujung-ujungnya nangis. Sampai-sampai psychosomatis, sakit di fisik tapi sebenarnya yang sakit jiwanya. Bukan gila, tapi stress. Jadi aku sakit perut sebulan penuh, kepala sakit, ga bisa konsentrasi, mata susah fokus. Secara fisik ga terjadi apa-apa, tapi ya sakit. Mengenaskan sih memang. When I am reminiscing those times, it felt terrible. How life did stuffs to me. Mungkin itulah yang membentuk aku hari ini. Yang aku lakukan di masa-masa itu adalah mencari pertolongan. Aku ga m

Membedakan yang patut dan tidak patut untuk dikomentari

Image
Selamat natal untuk semua yang merayakan dan selamat berlibur bagi yang mendapat jatah libur panjang maupun short break dari rutinitas yang melelahkan dan menjemukan :) Apa kabar teman-teman? Winter di groningen saat ini sedang hangat. Suhu di atas 0 and it's good. Salju datang lebih awal tahun ini. Sayangnya leleh dengan cepat di ujung utara Belanda. I wish I had a second chance to build my own snowman and skating on the frozen lake this year. Snow was coming early this year Winter adalah saat yang berbahaya, kata orang. Winter blues. Depresi karena tonenya yang gelap, matahari muncul cuma bentar, dan dingin yang menggigit kalau mau ngirit tagihan (problema mahasiswa rantau). Tapi keheningan winter juga memberikan jeda pada otak, agar bisa berkelana dalam kesunyian. Dikarenakan tahun ini aku ga ke mana-mana, jaga kandang di Groningen, hati ini benar-benar diberi waktu untuk sendiri. All of my closest friends are either having holiday abroad or going back to Indonesia (to

Berlin: a short yet sweet escape

Image
18 jam di Berlin adalah sebuah pelarian yang (terlalu) pendek namun sangat manis. Berlin adalah kota yang aku impikan untuk dapat dikunjungi. Choosing Berlin as my short escape was totally a good decision to get a good start for my next challeging 7 weeks. It ends up as a sweet escape. Alexanderplats Underground at the morning, just before rush hour Foto di depan The Neptune Fountain of Berlin Berliner Dom Di antara pilar The 4 bathers statue The iconic berlin's gate: Brandenburg Gate Berjalan ke Reichstag dari Brandenburg Gate lewat Simsonweg dan menemukan penjual gelembung yang sangat baik dan penjual Brez'n Reichstag Memorial to the Murdered Jews in Europe Just try to imagine the fear and pain The famous kiss: Honecker and Brezhnev Berlin adalah kota yang luar biasa. Berlin membuatku diam, bersyukur, dan takjub. Diam membayangkan kekejaman masa lalu. Tidak pernah terbayang sakit dan takutnya mer

Typisch Nederlands voertuig: FIETS

Image
Seperti yang teman-teman mungkin sudah tau, Belanda dikenal sebagai negeri kincir angin. Di setiap kota hampir pasti bisa ditemukan kincir angin meskipun sudah nggak berfungsi lagi sebagaimana mestinya, alias hanya untuk pajangan. Tapi yang juga perlu diketahui adalah kendaraan yang umum digunakan di Belanda adalah FIETS! Sepeda! Den Haag, the end of September 2017 Populasi sepeda di Belanda adalah 13 juta, yang mana berarti hampir setiap orang di Belanda punya 1 sepeda. Didukung dengan landscape Belanda yang hampir datar dan rata tanpa bukit, lembah, apalagi gunung, bersepeda sangat menyenangkan di sini. Ke mana-mana lebih mudah naik sepeda. Banyak jalan yang harus memutar kalau naik mobil. Yang naik mobil menghabiskan waktu 20 menit dan menghabiskan bensin karena harus muter lewat highway, naik sepeda cukup 10 menit karena bisa membelah taman atau lewat kompleks kampus. Utrecht, circa summer 2017 Di belanda, bersepeda nggak bikin kita punya alasan untuk nggak bisa bawa

Yang aku pelajari dan yang aku rasakan

Image
Pernahkah kamu meresahkan apa yang terjadi dalam hidupmu, teman-teman? Saya sering. Ini sering banget aku rasakan sebelum tidur, ketika aku sudah landing di kasur ikea murahku dengan punggung yang terasa pegal karena seharian di lab atau di depan komputer atau cuma jalan-jalan ke centrum dan beli produk kecantikan murah di daerah Herestraat. Belakangan, ketika aku mulai hidup  di Groningen, kota tempat aku menempuh pendidikan master (silakan googling kota tersebut), kerap kali aku berkontemplasi tentang hal-hal yang aku pelajari dan aku rasakan. Pertama, hal yang aku pelajari. Sangat banyak ilmu yang aku dapat di ibu kota provinsi paling utara di Belanda. Kalau ngomongin ilmu bioteknologi, sudah seharusnya aku gain more knowledges because I am studying molecular biology and biotechnology here. Tetapi bukan itu yang justru bikin aku resah. Aku sudah hidup lebih dari 20 tahun, tapi semakin saya pergi jauh, semakin saya bertemu dengan banyak orang, semakin saya membaca buku pelajaran s

Sepah

Ada hal-hal yang ku tak ingin semua orang tahu cumbuan kita di antara derai hujan contohnya bukan karena aku sebatas pengecut semata aku ingin berdamai dengan kenyataan bahwa perihal rasa memang tiap dada punya beda cara untuk menikmati amarah, ada yang meluap-luap, mundur teratur dari radar, atau ada yang meminta maaf Lalu diam Kali ini, aku memilih diam untuk menutupi pahit Ketika kamu selalu datang padaku Hanya untuk menutup luka Dan selalu pergi setelahnya

doa

Hanya kata yang bisa menguatkan kita pun itu tanpa suara